Para Templar, atau lengkapnya, Tentara Miskin Pengikut Yesus
Kristus dan Kuil Sulaiman, dibentuk pada tahun 1118, dua puluh tahun setelah
tentara salib merebut Yerusalem. Pendiri ordo ini adalah dua ksatria
Prancis, Hugh de Payens dan Godfrey de St. Omer. Berawal dari sembilan anggota,
ordo ini terus berkembang. Nama kuil Sulaiman dipakai karena mereka membangun
basis di gunung kuil, yakni lokasi reruntuhan kuil tersebut. Di sini pula
berdiri Dome of the Rock (Qubah As-Sakhrah) .
Para Templar
menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi
sangat makmur. Mereka mengontrol penuh para peziarah Kristen yang berdatangan dari
Eropa ke Palestina, dan menjadi sangat kaya dari uang para peziarah tersebut.
Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit,
menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent
dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan
merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis
bunga. 5
Para Templar inilah yang paling
bertanggung jawab atas serangan-serangan pejuang salib dan pembantaian bangsa
Muslim. Karena itulah, komandan besar Islam Saladin (Shalahuddin Al Ayyubi),
yang mengalahkan pasukan salib pada tahun 1187 pada Pertempuran Hattin, dan
kemudian membebaskan Yerusalem, menghukum mati para Templar karena pembunuhan
yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang
Kristen. Namun, sekalipun kehilangan Yerusalem dan mengalami kekalahan besar,
para Templar terus bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen terus menyusut di
Palestina, mereka meningkatkan kekuatan di Eropa dan, pertama di Prancis,
kemudian di negara-negara lain, menjadi negara dalam negara.
Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan
politik mereka menyusahkan raja-raja Eropa. Tetapi ada segi lain dari para
Templar yang segera mengganggu kalangan kependetaan: ordo tersebut sedikit demi
sedikit telah menyeleweng dari iman Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah
mengambil sejumlah doktrin mistik yang asing. Berkembang juga desas-desus bahwa
mereka menyelenggarakan ritus-ritus aneh untuk memberi bentuk pada doktrin
mereka.
Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis
Philip le Bel memutuskan untuk menangkap anggota-anggota ordo ini. Sebagiannya
berhasil melarikan diri tetapi kebanyakan mereka tertangkap. Paus Clement V
juga bergabung dalam pembersihan ini. Setelah periode panjang interogasi dan
pengadilan, banyak anggota Templar mengakui keyakinan 'bidah' mereka, bahwa
mereka menolak iman Kristiani dan menghina Yesus dalam misa mereka. Akhirnya,
para pemimpin Templar, yang dinamai “Imam Besar (Grand Master)”, mulai dari
yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314
atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara,
dan ordo tersebut tumpas dan secara resmi menghilang.
Segolongan ahli sejarah cenderung
melukiskan sidang pengadilan para Templar sebagai konspirasi dari Raja Prancis,
dan menggambarkan para ksatria itu tak bersalah atas segala dakwaan. Tetapi,
cara interpretasi ini keliru dalam beberapa segi. Nesta H. Webster, ahli
sejarah Inggris terkenal dengan begitu banyak mengetahui sejarah okultisme,
menganalisis berbagai aspek ini dalam bukunya, Secret Societies And Subversive
Movements. Menurut Webster, kecenderungan untuk
melepaskan para Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa pengadilan tidak
tepat. Pertama, selama interogasi, walau secara umum terjadi, tidak semua
Templar disiksa:
Lagipula, apakah
pengakuan mereka tampak seperti hasil imajinasi murni orang-orang yang disiksa?
Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita tentang upacara pembaiatan — yang
disampaikan dengan rinci oleh orang-orang di berbagai negara, dituturkan dalam
kalimat yang berbeda, namun semuanya saling menyerupai — merupakan karangan
semata-mata. Jika para korban dipaksa untuk mengarang-ngarang, cerita mereka
tentu akan saling bertentangan; segala macam ritus liar dan fantastis
diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator mereka.
Tetapi sebaliknya, masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara yang
sama, baik lengkap maupun tidak, dengan sentuhan personal si pembicara, dan
pada dasarnya semua cerita tersebut cocok. 6
Bagaimanapun
juga, sidang pengadilan para Templar berakhir dengan tumpasnya ordo tersebut.
Tetapi, walaupun sudah dibubarkan “secara resmi”, ia tidak benar-benar musnah.
Selama penangkapan tiba-tiba pada tahun 1307, beberapa Templar lolos, dan
berhasil menutupi jejak mereka. Menurut tesis yang berdasarkan pada berbagai
dokumen sejarah, sejumlah besar mereka berlindung di satu-satunya kerajaan di
Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu
Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan
Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan
penyamaran yang tepat untuk melanjutkan gerakan rahasia mereka: mereka menyusup
ke dalam gilda (serikat sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris abad
pertengahan — loge (pemondokan) para tukang batu, dan segera, mereka menguasai
loge-loge ini sepenuhnya. 7
Loge para tukang batu berganti nama pada
awal era modern, dengan “Loge masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry
tertua, dan berasal mula di awal abad keempat belas, dari para Templar yang
berlindung di Skotlandia. Dan, nama-nama yang diberikan kepada tingkat
tertinggi dalam Ritus Skot adalah gelar-gelar yang diberikan kepada para
ksatria dalam ordo Templar berabad-abad sebelumnya.
Pendeknya, para Templar tidak tertumpas,
sebaliknya filsafat serta berbagai kepercayaan dan upacara mereka tetap
berlangsung di balik samaran Freemasonry. Tesis ini didukung oleh banyak bukti
sejarah, dan diterima saat ini oleh banyak ahli sejarah Barat, baik mereka
anggota Freemasonry ataupun tidak. Dalam buku kami, Ordo Masonik Baru, bukti
ini dikaji secara terperinci.
Tesis yang mengusut akar Masonry ke Ordo
Templar seringkali dirujuk di dalam majalah-majalah yang diterbitkan oleh para
Mason untuk kalangannya sendiri. Para Mason sangat menerima pendapat ini. Salah
satu majalah ini bernama Mimar Sinan (terbitan Freemason Turki), yang
menggambarkan hubungan antara Ordo Templar dengan Freemasonry dalam kata-kata
berikut ini:
Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di
bawah tekanan Gereja, membubarkan Ordo Templar dan memberikan hak-hak mereka
kepada para Ksatria St. John di Yerusalem, aktivitas para Templar tidak
berhenti. Sebagian besar Templar berlindung di berbagai loge Freemason yang
beroperasi di Eropa pada saat itu. Pemimpin para Templar, Mabeignac, bersama
beberapa anggota lainnya, mendapatkan perlindungan di Skotlandia dengan
menyamar sebagai seorang tukang batu bernama Mac Benach. Raja Skot, Robert the
Bruce, menyambut mereka dan mengizinkan mereka mengembangkan pengaruh besar
terhadap loge-loge Mason di Skotlandia. Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih
peran penting dari sisi keahlian dan ide-ide mereka.
Freemason masa
kini menggunakan nama Mac Benach dengan penuh hormat. Para Mason Skot, yang
mewarisi pusaka para Templar, mengembalikannya ke Prancis bertahun-tahun
kemudian dan membangun dasar bagi ritus yang dikenal sebagai Ritus Skot di
sana. 8
Sekali lagi, Mimar Sinan memberikan banyak informasi tentang hubungan
antara Templar dan Freemasonry. Di dalam sebuah artikel berjudul “Templar dan Freemason”
dinyatakan bahwa “ritual-ritual upacara pembaiatan Ordo Templar menyerupai
Freemasonry masa kini.” 9 Menurut artikel yang sama, sebagaimana di dalam Masonry, para anggota Ordo
Templar saling memanggil “saudara”. 10 Pada bagian akhir artikel tersebut, tercantum:
Ordo Templar dan
organisasi Mason saling memengaruhi dengan sangat mencolok. Bahkan
ritual-ritual dari berbagai lembaga begitu mirip sehingga bagaikan disalin dari
para Templar. Dalam hal ini, para Mason telah mengidentifikasi diri mereka
kepada para Templar begitu jauh dan dapat dikatakan bahwa apa yang dipandang sebagai
esoterisme (kerahasiaan) asli Masonik sampai tingkatan yang penting merupakan
warisan dari para Templar. Ringkasnya, sebagaimana kami sebutkan pada judul
esei ini, kita dapat katakan bahwa titik berangkat dari seni megah Freemansory
dan garis esoteris—awalnya milik para Templar dan ujung panahnya milik para
Freemason.11
Akhirnya, kami katakan, jelas bahwa
Freemasonry mengakar hingga ke Ordo Templar, dan bahwa para Mason telah
mengadopsi filsafat ordo ini. Para Mason sendiri menerimanya. Tetapi sudah tentu,
hal penting bagi pembahasan kita adalah sifat dasar dari filsafat ini. Apa yang
membawa mereka ke situ? Mengapa mereka mengalami perubahan seperti itu di
Yerusalem? Apa dampak dari filsafat yang diadopsi para Templar ini, melalui
perantaraan Masonry, kepada dunia?
0 komentar:
Posting Komentar